Rangkaian kasus kekerasan di dunia pendidikan yang mengikutsertakan pelajar dan guru tetap terus terjadi di sejumlah waktu ini. Peristiwa ini seolah susah untuk dihentikan. Beberapa kasus semacam ini semestinya menjadi teguran keras untuk pendidikan di Indonesia. Kesadaran akan judi bola dan beberapa nilai kemanusiaan perlu jadi perhatian dan diperkembangkan lebih serius. Beragam kejadian kekerasan dengan aktor atau korban tersangkut guru, pelajar atau wali siswa.

 

Seperti trendingnya kasus guru yang diketapel oleh wali siswa sampai buta tetap. Peristiwa ini menunjukkan jika pendidikan di Indonesia belum steril dari tindak kekerasan Kasus semacam ini tidak lagi kasus pertama kali yang terjadi. Beberapa waktu paling akhir informasi di TV dan sosial media disanggupi kasus kekerasan di cakupan sekolah. Kembali ke kasus guru yang diketapel orangtua pelajar. Kasus ini terjadi di SMAN 7 Rejang Lebong, Bengkulu ketika evaluasi di sekolah. Pola pengetapelan ini ialah orangtua pelajar tidak terima jika anaknya mendapatkan tindakan kekerasan di sekolah karena guru menyepak pelajar.

 

Sesudah dilaksanakan penyidikan, diketahui jika guru menyepak pelajar karena pelajar itu sedang merokok di kantin sekolah pada pukul evaluasi. Pelajar itu telah ditegur baik,tetapi pelajar justru meremehkan hingga membuat guru terikut emosi dan menyepak berkenaan muka pelajar. Pelajar pulang mengadu pada orang tuanya tanpa bercerita urutan. Orangtua pelajar yang tidak terima langsung ke sekolah bercekcok dengan guru hingga kemudian terjadi bencana pengetapelan. Ketahui mata guru samping kanan berdarah dan dibawa ke RS, wali siswa itu langsung larikan diri. Berkaitan ini aktor wali siswa dihukum 13 tahun dipenjara dan Dinas pendidikan propinsi Bengkulu merasa sedih dan mengharap kasus tidak terulang kembali.

 

Berdasar berlangsungnya beberapa kasus di atas, bisa diketahui jika guru benar-benar berperanan pada perubahan watak peserta didik di sekolah. Guru harus bisa membuat pendidikan yang tidak mengurung kemerdekaan peserta didik. Kasus pengetapelan guru oleh wali siswa di Bengkulu bukan perlakuan yang bisa dibetulkan. Memang guru harus membuat pendidikan yang tidak mengurung, tetapi tidak berarti pelajar lakukan kekeliruan harus juga didiamkan/dibebaskan. Apalagi orangtua turut bela kekeliruan anak dengan mengadili guru. Di sini yang penting jadi perhatian dalam mendidik watak atau budi pekerti anak tidak cuma dari faksi sekolah tetapi oleh faksi keluarga.

 

Post Terbaru